Selasa, 21 November 2017

REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 65 TAHUN 2015
                                                                    TENTANG             
PELAYANAN FISIOTERAPI DIBERBAGAI TEMPAT

BAB II PENYELENGGARAAN PELAYANAN


A.    Cakupan Pelayanan

Keberhasilan program pelayanan kesehatan tergantung berbagai faktor baik sosial, lingkungan, maupun penyediaan kelengkapan pelayanan/perawatan dimana fisioterapi memiliki peran yang penting dalam program pelayanan kesehatan baik di tingkat dasar maupun rujukan.
Dalam pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer), fisioterapis dapat terlibat sebagai anggota utama dalam tim, berperan dalam pelayanan kesehatan dengan pengutamaan pelayanan pengembangan dan pemeliharaan melalui pendekatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan dengan pendekatan kuratif dan rehabilitatif.
Pada pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, fisioterapis berperan dalam perawatan pasien dengan berbagai gangguan neuromuskuler, musculoskeletal,  kardiovaskular,  paru,  serta  gangguan  gerak  dan fungsi tubuh lainnya. Fisioterapis juga berperan dalam pelayanan khusus dan kompleks, serta tidak terbatas pada area rawat inap, rawat jalan, rawat intensif, klinik tumbuh kembang anak, klinik geriatri, unit stroke, klinik olahraga, dan/atau rehabilitasi.
Fisioterapi   musculoskeletal   antara   lain   orthopaedi,   cedera olahraga, dan kesehatan haji, melalui pendekatan antara lain dengan joint  manipulation,   soft   tissue   manipulative,   kinesio   tapping   and splinting, dan exercise therapy.
Fisioterapi neuromuskuler antara lain neurologi dan tumbuh kembang (anak/geriatri), melalui pendekatan antara lain bobath, proprioceptive neuromuscular fascilitation, feldenkraise, tickle manuver cough for cerebral palsy, dan dolphin therapy.
Fisioterapi kardiovaskulopulmonal antara lain jantung, paru, dan intensiv care, melalui pendekatan antara lain manual lymphatic drain vein, visceral manipulation, muscle energy therapy, basic cardiac  life support, dan berbagai terapi latihan baik individu maupun kelompok (misal tai chi, senam ashma, senam stroke).

Fisioterapi Integumen dan kesehatan wanita antara lain wound management, wellnes/spa, kecantikan.
Fisioterapis dalam melaksanakan praktik mandiri berperan dalam memberikan pelayanan fisioterapi tingkat pertama (primer) atau tingkat lanjutan, sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
Pelayanan fisioterapi dikembangkan dalam lingkup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam spektrum yang bersifat umum maupun kekhususan pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan:

1.    Pelayanan fisioterapi di Puskesmas

Pelayanan  fisioterapi  di  Puskesmas  memberikan pelayanan kesehatan gerak dan fungsi tubuh kepada individu dan/atau kelompok, yang bersifat umum dengan pengutamaan pelayanan pengembangan  dan  pemeliharaan  melalui  pendekatan  promotif dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan dengan pendekatan kuratif dan rehabilitatif.
Kegiatan promotif dan preventif termasuk skrining, memberikan  pengurangan  nyeri,  dan  program  untuk meningkatkan fleksibilitas, daya tahan, dan keselarasan postur dalam aktifitas sehari-hari. Selain upaya promotif dan preventif, fisioterapis juga memberikan layanan pemeriksaan, pengobatan, dan  membantu  individu  dalam  memulihkan  kesehatan, mengurangi rasa sakit (kuratif dan rehabilitatif). Fisioterapis memainkan   peran   dalam   masa   akut,   kronis,   pencegahan, intervensi dini untuk muskuloskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan cedera,   mendesain ulang pekerjaan individu, serta rehabilitasi, dan diperlukan untuk memastikan layanan/intervensi diberikan secara komprehensif dan tepat berfokus pada individu, masyarakat dan lingkungan.

2.    Pelayanan fisioterapi di rumah sakit umum

Pelayanan fisioterapi di rumah sakit umum sesuai dengan klasifikasinya memberikan pelayanan kesehatan kepada individu untuk semua jenis gangguan gerak dan fungsi tubuh secara paripurna melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

3.    Pelayanan fisioterapi di rumah sakit khusus

Pelayanan fisioterapi di rumah sakit khusus sesuai dengan klasifikasinya memberikan pelayanan kesehatan gangguan gerak dan fungsi tubuh tertentu sesuai dengan kekhususan pelayanan rumah sakit.

4.    Pelayanan fisioterapi di praktik mandiri

Pelayanan fisioterapi di praktik mandiri memberikan pelayanan fisioterapi pada individu dan/atau kelompok berupa pengembangan, pemeliharaan, pemulihan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan kompetensi fisioterapis.


sumber :



REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 80 TAHUN 2013
TENTANG
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK FISIOTERAPIS

BAB II PERIZINAN
Bagian Kesatu
Kualifikasi Fisioterapis
Pasal 3
(1)  Berdasarkan   pendidikannya   Fisioterapis   dikualifikasikan   sebagai berikut:

a. Fisioterapis Ahli Madya;
b. Fisioterapis Sarjana Sains Terapan;
c. Fisioterapis Profesi; dan
d. Fisioterapis Spesialis.

(2)  Fisioterapis Ahli Madya sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 huruf a merupakan  lulusan Program Diploma Tiga Fisioterapi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3)  Fisioterapi Sarjana Sains Terapan sebagaimana dimaksud pada Pasal
1 huruf b merupakan lulusan Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan  Fisioterapi  sesuai dengan  ketentuan  peraturan  perundang- undangan.

(4) Fisioterapis Profesi sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 huruf c merupakan   lulusan   Program   Profesi   Fisioterapi   sesuai   dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5)  Fisioterapis  Spesialis  sebagaimana  dimaksud  pada  Pasal 1 huruf  d merupakan lulusan Program Spesialis Fisioterapi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Sertifikat Kompetensi Fisioterapis dan STRF
Pasal 4
(1) Fisioterapis untuk dapat melakukan pekerjaan dan praktiknya harus memiliki STRF.
(2) Untuk dapat memperoleh STRF sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fisioterapis harus memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) STRF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh MTKI dengan masa berlaku selama 5 (lima) tahun.
(4) STRF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Contoh STRF sebagaimana tercantum dalam Formulir I terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.


Bagian Ketiga
SIPF dan SIKF
Pasal 6
(1)  Fisioterapis  dapat menjalankan  praktik pelayanan  Fisioterapi secara mandiri atau bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

(2) Fisioterapis yang menjalankan praktik pelayanan Fisioterapi secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus merupakan Fisioterapis Profesi atau Fisioterapis Spesialis.

(3)  Fisioterapis Ahli Madya atau Fisioterapis Sains Terapan hanya dapat bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

(4)  Fisioterapis Ahli Madya atau Fisioterapis Sains Terapan sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (3)   harus   bekerja   di   bawah   pengawasan Fisioterapis Profesi atau Fisioterapis Spesialis.

(5)  Dalam   hal   tidak   terdapat   Fisioterapis   Profesi   atau   Fisioterapis Spesialis,  Fisioterapis  Ahli  Madya  atau  Fisioterapis  Sains  Terapan dapat melakukan Pelayanan Fisioterapi secara berkolaborasi  dengan tenaga  kesehatan  lain  yang  ada  di  Fasilitas  Pelayanan  Kesehatan tempat Fisioterapis Ahli Madya atau Fisioterapis Sains Terapan yang bersangkutan bekerja.

Sumber :

ditjenpp.kemenkumham.go.id › 2013


Sabtu, 11 November 2017

MUSKULOSKELETAL-GEJALA dan DIAGNOSA

Gejala Muskuloskeletal

Kabar buruknya, peradangan dapat disebabkan oleh gangguan muskuloskeletal dan ini bisa terjadi pada banyak area tubuh yang tidak sama. Pada seluruh tubuh penderita muskuloskeletal, biasanya akan terasa sakit semua dan sangat tak nyaman ketika beraktivitas seperti biasa. Otot seperti ditarik-tarik, itulah yang paling umum terjadi. Namun gejalanya cukup beragam di mana setiap individu mengalami kondisi yang berbeda, seperti:
  • Cepat lelah – Bagi yang mengalami keluhan otot berupa kondisi muskuloskeletal, maka ketika memakai fisiknya untuk berkegiatan, biasanya rasanya akan lebih mudah dan cepat lelah. Ini karena otot memiliki tingkat kekuatan yang rendah atau memang karena tak dapat menoleransi lagi tekanan yang diterima.
  • Nyeri – Rasa nyeri dapat terjadi pada penderita yang diduga terkena muskuloskeletal karena kemungkinan gangguan atau keluhan otot sudah memicu timbulnya peradangan. Rasa nyeri ini bakal terasa begitu tak nyaman sehingga terkadang juga membatasi pergerakan tubuh dan menghambat kegiatan yang tengah dilakukan.
  • Pembengkakan – Apabila sudah pada tahap peradangan, biasanya karena radang ini bagian otot tertentu bakal mengalami bengkak. Pembengkakan ini artinya bagian tubuh tertentu yang otot atau sendinya meradang bakal membesar. Jika sudah terjadi pembengkakan, Anda sebaiknya segera memeriksakan dan memastikan kondisinya supaya langsung mendapatkan penanganan yang terbaik supaya tak makin serius.
  • Kemerahan – Biasanya gejala satu ini bakal terjadi menyertai pembengkakan, ya, di bagian yang bengkak tersebut akan muncul warna merah akibat peradangan. Kemerahan ini juga pada umumnya menjadi gejala yang mengikuti rasa nyeri. Bila Anda mengalaminya, jangan ragu untuk ke dokter supaya cepat ditangani dan tak menjadi lebih serius.
  • Keterbatasan ruang gerak – Gejala yang sudah pasti adalah rentang gerak yang mengalami penurunan atau bisa juga disebut dengan keterbatasan ruang gerak. Otot dan sendi yang biasanya normal dan bisa dipakai untuk kegiatan apa saja dapat merasakan sakit dan ketidaknyamanan. Dari situlah dampaknya mampu menjadikan pergerakan tubuh terbatas dan aktivitas pun menjadi terhambat.
  • Kaku – Tubuh dapat mengalami kekakuan dan sebenarnya masih sangat ada kaitannya dengan poin yang sebelumnya sudah disebutkan, yakni rentang gerak yang menurun. Karena otot bermasalah berikut juga saraf maupun sendi, hal ini kemudian mampu menjadi penyebab otot kaku dan akhirnya membuat tubuh susah digerakkan terlalu bebas seperti biasanya ketika tak sakit.
  • Kesemutan – Pada penderita muskuloskeletal, kesemutan juga menjadi gejala yang sangat terasa dan termasuk yang paling umum juga. Rasa kesemutan ini memang cukup umum, terutama sewaktu kita terlalu lama duduk atau menindih tangan kita ketika tidur sebagai tanda aliran darah yang tidak lancar. Kesemutan ini akan sangat sering terjadi dan kemudian disertai pula dengan kekakuan.
  • Lemah otot – Selain menjadi cepat lelah, tubuh penderita dari muskuloskeletal bisa sangat lemas dan otot terasa begitu lemah hingga tingkat kekuatan cengkeraman ikut turun. Kalau biasanya Anda bisa memegang sebuah benda dengan kuat, maka pada keluhan otot biasanya akan merasa tak berdaya dan tak bisa memegangnya dengan kencang.
  • Kehilangan fungsi otot – Jika sudah merasakan gejala-gejala yang sudah disebutkan tersebut namun tidak juga memeriksakannya apalagi mendapatkan penanganan yang tepat, maka biasanya akan mulai terjadi gejala yang lebih buruk, yakni hilangnya fungsi otot. Lebih dari sekedar mati rasa, otot pun lama-kelamaan tak bisa digunakan secara maksimal lagi.

Diagnosa dan Pengobatan Muskuloskeletal

Saat gejala sudah begitu membuat Anda khawatir, maka silakan untuk memeriksakan diri dengan menempuh beberapa metode diagnosa yang nanti dianjurkan oleh dokter. Biasanya, yang paling awal dilakukan dokter adalah memeriksa fisik Anda dan kemudian menanyakan riwayat kesehatan. Ini supaya penyebab pasti dari keluhan dan gejala dapat segera diketahui.
Setelah itu, pengujian sendi dan otot pun juga diperlukan oleh pasien di mana hal ini diperlukan dengan melihat pada gejala kemerahan dan pembengkakan, setiap kedutan yang terjadi sebagai tanda saraf rusak, serta degenerasi atau kelemahan. Tergantung pada kondisi tertentu, biasanya tes pencitraan juga akan dianjurkan supaya diagnosa dapat lebih terkonfirmasi.
Selain dari tes-tes tersebut, rontgen pun kemungkinan bakal dilakukan jika memang dokter lebih ingin memastikan lagi bahwa tidak ada kondisi penyakit lain. Rontgen ini tujuannya adalah untuk melihat keadaan tulang. Sementara itu, tes darah juga penting untuk yang mengidap rematik dan tentunya sesuai yang disarankan oleh dokter juga.
Bicara tentang pengobatan, biasanya pengobatan yang diberikan oleh dokter akan ditentukan dari seberapa parah atau serius kondisi pasien. Contoh pengobatan yang biasa atau umum diberikan adalah:
  • Obat pereda nyeri – Obat jenis ini biasanya dijual secara bebas dan Anda bisa membeli sekaligus menggunakannya agar nyeri yang mengganggu dapat hilang secara sementara. Paracetamol dan ibuprofen adalah yang paling dianjurkan.
  • NSAID – Obat anti-inflamasi juga sangat berguna dalam membantu menurunkan peradangan berikut juga menghilangkan rasa nyeri dan sakit yang menghambat kegiatan kita. Tapi untuk obat penghilang rasa sakit dengan efek yang lebih kuat demi menyembuhkan sakit yang lebih parah, biasanya ini harus dengan resep dokter.
  • Teknik relaksasi – Otot terkena gangguan karena terjadi ketegangan, kekakuan dan keterbatasan ruang gerak. Dengan relaksasi yang tepat, Anda bakal mampu membuat otot menjadi jauh lebih baik dan otomatis peredaran darah juga lebih lancar.
  • Terapi pijat
  • Chiropractic
  • Peregangan dan melatih otot
  • Suntikan anestesi atau antiradang

Apabila ingin menjauhi kondisi gangguan muskuloskeletal, Anda perlu menghindari aktivitas berulang maupun aktivitas yang berat. Contohnya saja ketika sedang berbelanja, Anda bisa menggunakan troli ketimbang menjinjing tas belanja, terutama bila memang berencana membeli banyak. Seimbangkan antara aktivitas fisik dengan istirahat supaya otot tidak makin tersiksa.

https://halosehat.com/tips-kesehatan/kesehatan-otot/muskuloskeletal

Editor by : Irda Rahmatul Jannah (P27226017020) D-III A Fisioterapi

MUSKULOSKELETAL-PENYEBAB

Muskuloskeletal – Penyebab

Mungkin Anda sudah cukup sering atau setidaknya pernah mendengar tentang muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal ini merupakan sebuah keadaan di mana otot, sendi, tendon, saraf dan ligamen terganggu fungsinya, bahkan juga sampai ke tulang belakang. Perlu diketahui bahwa struktur pendukung anggota badan, punggung dan leher terlibat dalam fungsi sistem muskuloskeletal.
Gangguan seperti ini kerap dianggap sebagai penyakit degeneratif di mana penyakit ini menjadi penyebab kerusakan jaringan tubuh yang terjadi perlahan seiring bertambahnya usia dan berjalannya waktu. Otomatis karena berhubungan dengan fungsi saraf, otot dan sendi, keterbatasan pada tubuh untuk bergerak pun menjadi meningkat di mana itu artinya kemampuan bergerak tak senormal dan seleluasa biasanya. Tapi kondisi ini juga bukan termasuk kelainan otot pada manusia.
Ketika seseorang mengalami muskuloskeletal ini, otomatis kegiatan sehari-hari pun menjadi turut terhambat karena tubuh tak mampu berfungsi serta bergerak seperti orang yang normal dan sehat. Setiap area di dalam tubuh seseorang dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan muskuloskeletal ini di mana bagian yang pada umumnya terkena adalah kaki, lutut, pinggul, punggung, bahu, leher dan pergelangan tangan. Ada beberapa jenis kondisi gangguan kesehatan pada area-area tersebut yang termasuk di dalam gangguan muskuloskeletal.
  • Tendinitis
  • Radang sendi
  • Encok
  • Fibromyalgia
  • Nyeri punggung bawah
  • Osteoarthritis
Keluhan pada gangguan muskuloskeletal ini ada 2, yaitu keluhan sementara atau yang juga dikenal dengan istilah reversible. Ini adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami keluhan otot pada waktu otot menerima beban statis. Meski begitu, biasanya keluhan pun akan hilang segera ketika beban telah dihilangkan.
Keluhan jenis kedua adalah keluhan tetap atau persistent di mana itu artinya keluhan ini bakal menetap atau bertahan dan tak mudah hilang. Berbeda dari keluhan sementara, jenis keluhan ini kondisinya bakal terus berlangsung walau beban sudah hilang.

Penyebab Muskuloskeletal

Muskuloskeletal tentunya tak dapat terjadi kalau tak ada faktor yang membuat risiko gangguan besar. Keluhan gangguan muskuloskeletal dicurigai dapat dialami seseorang karena berbagai jenis faktor di bawah ini:
  • Aktivitas Berulang
Yang namanya aktivitas berulang, itu artinya Anda kerap melakukan kegiatan secara terus-menerus dengan gerakan yang sama. Contoh aktivitas yang berulang antara lain seperti mencangkul, angkut barang, membelah kayu dan lainnya. Pada jenis pekerjaan seperti yang disebutkan itu, otot pun dapat mengalami gangguan dengan mudah karena tekanan yang juga sering diterima akibat beban kerja yang berjelanjutan. Tanpa adanya kesempatan untuk rileks, kondisi otot bisa menjadi lebih buruk.
  • Faktor Usia
Muskuloskeletal merupakan sebuah gangguan kesehatan yang juga dapat terjadi akibat faktor usia. Faktor usia di sini bukan berarti bahwa muskuloskeletal dapat terjadi hanya pada lansia saja, tapi justru di rentang usia antara 25-65 tahun. Pada umumnya, keluhan akan dirasakan di usia yang memasuki 35 tahun.
Seiring bertambahnya usia dan berjalannya waktu, jika keluhan tersebut tidak mendapatkan penanganan yang benar, maka ada kemungkinan bahwa tingkat keluhan mengalami peningkatan dan akhirnya saat usia masuk setengah baya, ketahanan dan kekuatan otot terjadi penurunan yang cukup signifikan, terutama di bagian kaki, punggung dan lengan.
  • Kebiasaan Merokok
Bahaya merokok bagi kesehatan tak cuma berimbas pada paru-paru atau jantung maupun kulit. Nyatanya kebiasaan merokok dan otot pinggang yang sakit sudah terbukti ada kaitannya dan hal ini ditemukan oleh Boshuizen, et.al. (1993), terutama bila orang tersebut juga bekerja dengan pengerahan otot sebagai yang utama.
  • Jenis Kelamin
Menurut sejumlah hasil penelitian, ditunjukkan bahwa risiko keluhan otot, terutama kondisi muskuloskeletal ini makin tinggi karena faktor jenis kelamin. Dinyatakan bahwa otot pria lebih tinggi dan kuat ketimbang otot wanita sehingga yang paling mudah terkena muskuloskeletal adalah para wanita. Jika beban yang diberikan kepada wanita jauh lebih banyak, maka otomatis akan mudah terkena gangguan otot.
  • Berlebihannya Peregangan Otot
Biasanya orang-orang yang terkena muskuloskeletal karena peregangan otot berlebihan adalah mereka yang sudah bekerja dan memiliki pekerjaan yang mengharuskan pengerahan tenaga. Bekerja dengan kegiatan menahan beban, menarik, mendorong serta mengangkatnya dapat menjadi masalah, terutama kalau sampai berlebihan.
  • Ketidakalamiahan Sikap Kerja
Memangnya seperti apa sikap kerja yang tidak bisa dianggap alamiah? Sikap kerja yang bisa menjadi penyebab beberapa bagian dan posisi tubuh dalam pergerakannya menghindari posisi alamiah. Contoh yang paling umum adalah ketika bergerak mengangkat tangan, membungkukkan punggung, mengangkat kepala dan lainnya. Bila gerakan tubuh tak sesuai seperti seharusnya atau alamiahnya, maka tentu akan mudah mengalami keluhan otot.
  • Getaran
Adanya getaran yang dialami oleh otot, terutama pada frekuensi tinggi hanya akan menjadi pemicu kontraksi otot lebih besar. Hal ini kemudian mampu menjadi penyebab ketidaklancaran aliran darah, tentunya karena kontraksi secara statis. Peningkatan asam laktat pun menimbun dan rasa nyeri otot pun terjadi.
  • Tekanan
Ketika jaringan otot lunak mendapat tekanan langsung, hal ini pun menjadi penyebab terjadinya keluhan otot. Contoh tekanan langsung yang dimaksud tersebut adalah ketika tangan kita memegang sebuah alat dan di sana terjadilah tekanan langsung pada jaringan lunak otot tangan dari pegangan alat tersebut. Kalau terlalu sering hal ini bisa menjadi penyebab keluhan otot permanen.
  • Kekuatan Fisik
Perlu diketahui bahwa ada hubungannya juga antara kekuatan fisik dan juga risiko keluhan otot semacam muskuloskeletal. Ketika kekuatan fisik manusia dituntut secara berlebihan, maka tak heran kalau kemudian keluhan otot skeletal pun muncul. Baik pria maupun wanita yang mempunyai kekuatan rendah pada ototnya, risiko muskuloskeletal pun menjadi lebih baik.
  • Kebugaran Fisik

Keluhan otot akan terjadi jauh lebih sering pada mereka yang aktivitas hariannya lebih padat dibandingkan orang-orang yang memiliki waktu cuku untuk rileks dan istirahat. Ketika kebugaran tubuh juga rendah, maka otomatis risiko muskuloskeletal juga bisa lebih tinggi sebanyak 7 persen. Aktivitas fisik yang padat tidak sama dengan olahraga.
Kurang olahraga dapat menjadi hal yang membuat kesegaran dan kebugaran tubuh menjadi rendah. Namun meski demikian, Anda juga perlu tahu bahaya olahraga yang berlebihan supaya tahu durasi yang tepat dalam melakukan olahraga. Ingat bahwa kebugaran tubuh mampu memperkecil risiko muskuloskeletal, jadi mengapa tidak mengubah gaya hidup dari sekarang?
  • Ukuran Fisik
Massa, tinggi dan berat badan sangat turut memengaruhi besar kecilnya risiko muskuloskeletal. Faktor ukuran fisik di sini juga mencakup tentang obesitas karena menurut penelitian yang telah dilakukan, ternyata wanita yang memiliki tubuh gemuk potensi terkena muskuloskeletal jauh lebih tinggi ketimbang wanita-wanita dengan tubuh kurus.
Tak hanya tubuh gemuk yang memperbesar kemungkinan muskuloskeletal, tapi juga tubuh yang tinggi pun seringkali dapat mengalami sakit punggung. Ketika diperhatikan lebih jauh, maka sebenarnya kondisi keseimbangan struktur rangka dalam penerimaan beban mampu menyebabkan keluhan otot yang berhubungan dengan faktor ukuran fisik. Pada tubuh tinggi, biasanya bentuk tulang begitu langsung di mana lebih rentang terhadap tekukan karena beban.
  • Gaya Hidup
Faktor gaya hidup pun rupanya dapat menjadi hal yang menyebabkan muskuloskeletal, terutama gaya hidup para atlet. Risiko jauh lebih besar terjadi pada atlet-atlet karena memang sangat rentan terkena cedera di saat latihan maupun di waktu pertandingan. Otot dan sendi para atlet digunakan terus-menerus sehingga memang menjadi alasan untuk kemudian menjadi mudah terganggu.
Ketika aktivitas kita sangat berkaitan dengan pengerahan kekuatan tertentu dan ini harus dilakukan secara sering, Saat jumlah kekuatan yang dibutuhkan lebih dari kemampuan tubuh atau fisik kita, otomatis kerusakanlah yang menjadi ancamannya. Bila memang fisik kita diminta untuk terus bekerja, mengambil waktu untuk rileks sangatlah penting dalam beberapa saat.


https://halosehat.com/tips-kesehatan/kesehatan-otot/muskuloskeletal

editor by : Irda Rahmatul Jannah (P27226017020) D-III A Fisioterapi

Rabu, 08 November 2017

5 Jenis Pelayanan Fisioterapi untuk Gangguan Otot dan Tulang (Muskuloskeletal)

Sebelumnya telah dibahas mengenai berbagai cakupan bidang pelayanan fisioterapi salah satunya yaitu fisioterapi muskuloskeletal. Fisioterapi sangat berperan pada pasien dengan gangguan gerak akibat permasalahan pada otot, tulang, maupun sendi dan jaringan lunak di sekitarnya. Banyak sekali gangguan muskuloskeletal yang dapat ditangani dengan fisioterapi seperti osteoartritis (pengapuran sendi), osteoporosis (pengeroposan tulang), frozen shoulder (bahu kaku), nyeri pinggang, dan kekakuan pada leher.
Pada fisioterapi muskuloskeletal (gangguan otot dan tulang) sendiri terdapat beragam teknik yang dapat digunakan dalam menangani gangguan gerak dan fungsi tubuh akibat kelainan otot, sendi, dan jaringan lunak di sekitarnya. Beberapa teknik tersebut diyakini cukup ampuh untuk memaksimalkan fungsi anggota gerak agar pasien dapat kembali beraktivitas dengan normal.
Berikut ini akan dibahas 5 teknik/jenis pelayanan fisioterapi yang sering digunakan para fisioterapis untuk menangani gangguan muskuloskeleta (gangguan otot dan tulang)l:
  1. Electrotherapy
Metode terapi ini menggunakan arus listrik yang dirancang sedemikian rupa agar aman bagi tubuh sebagai media terapi. Terdapat banyak sekali jenis elektroterapi yang dapat digunakan untuk menangani gangguan muskuloskeletal. Beberapa contohnya yaitu IF (interferential therapy) untuk mengurangi nyeri akut/baru, TENS (transcutaneus electrical nerve stimulation) untuk mengurangi nyeri kronis/menahun, NMES (neuromuscular electrical  stimulation) untuk mengurangi pembengkakan serta menstimulasi otot dan masih banyak lagi.
  1. Thermotherapy
Terapi menggunakan suhu panas atau dingin terbilang cukup ampuh dalam mengobati dan mencegah komplikasi gangguan muskuloskeletal lebih lanjut. Media yang digunakan biasanya yaitu kompres dengan air hangat atau dingin sesuai kondisi pasien. Ada pula yang menggunakan media gas dingin (cryotherapy) atau pun hydrocollator pack (semacam kantung berisi gel khusus yang dapat dipanaskan atau didinginkan). Pada kondisi akut dimana terjadi peradangan (biasanya akibat cedera seperti ankle sprain), area yang radang diberi terapi dingin untuk meminimalisir efek peradangan. Terapi hangat dapat dilakukan pada kondisi dimana tidak terjadi peradangan dan ditujukan untuk rileksasi (membantu me-release/melemaskan otot yang tegang) serta memperlancar sirkulasi.
  1. Ultrasound
Ultrasound ialah modalitas/alat fisioterapi yang menggunakan gelombang suara sebagai medium terapi. Gelombang suara tersebut diperoleh dari energi listrik yang diubah menjadi gelombang suara ultrasonik (diatas 20.000 Hz) oleh kristal piezoelectric pada transducer (bagian alat ultrasound yang kontak ke tubuh pasien). Kegunaan alat ini yaitu untuk melenturkan kembali jaringan lunak yang menegang (seperti otot, ligamen, atau jaringan pembungkus sendi) akibat cedera atau faktor biomekanik (kebiasaan tubuh dalam bergerak dan bersikap). Beberapa penelitian telah membuktikan pula bahwa ultrasound dapat membantu proses penumbuhan tulang muda dari kondisi patah tulang.
  1. Manual Therapy
Manual therapy/terapi manual merupakan suatu gerakan pasif yang dilakukan dengan tiba – tiba (hentakan) dan dilakukan dengan kecepatan yang sedemikian rupa sehingga pasien tidak bisa mencegah/menghentikan gerakan yang terjadi. Terapi manual ini sangat efektif dan aman untuk menangani kekakuan / keterbatasan gerak atau nyeri persendian karena gangguan fungsi mekanik sendi. Tujuan pemberian manual therapy yaitu mengurangi spasme otot, mengurangi deformitas, dan menambah ruang diantara dua permukaan sendi yang menyempit.
  1. Exercise Therapy
Exercise therapy/terapi latihan adalah suatu cara mempercepat penyembuhan dari suatu cedera/penyakit tertentu. Terapi latihan merupakan suatu usaha pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaanya mengunakan latihan – latihan gerakan tubuh baik secara aktif (dilakukan pasien) maupun pasif (dilakukan fisioterapis). Tujuan pemberian terapi latihan:
  1. Memperbaiki kerja otot-otot yang tidak efisien,
  2. Memperoleh kembali lingkup/derajad gerak sendi yang normal,
  3. Memajukan kemampuan penderita yang telah ada untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi serta bertujuan, sehingga dapat mengembalikan ke aktifitas normal.
Kelima jenis pelayanan tersebut haruslah dilakukan maupun diawasi oleh fisioterapis yang berkompeten di bidangnya. Hal tersebut ditujukan untuk memperoleh tindakan yang aman serta efektif mengembalikan pasien ke aktivitasnya sehari-hari dengan normal. 
Credit : http://www.nkhealth.fit/2016/12/28/gangguan-otot-dan-tulang-tangani-dengan-fisioterapi/
Di posting oleh : Miranda Audina (P27226017024

Rabu, 01 November 2017

GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

Definisi

Apa itu gangguan muskuloskeletal?

Gangguan muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mengganggu fungsi sendi, ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang. Sistem muskuloskeletal Anda melibatkan struktur yang mendukung anggota badan, leher dan punggung. Gangguan muskuloskeletal seringnya merupakan penyakit degeneratif, penyakit yang menyebabkan jaringan tubuh Anda rusak secara lambat laun. Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan Anda untuk bergerak, yang dapat mencegah Anda dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Gangguan muskuloskeletal dapat mempengaruhi setiap area dalam tubuh. Bagian utama termasuk leher, bahu, pergelangan tangan, punggung, pinggul, lutut, dan kaki. Beberapa gangguan umum termasuk:
  • nyeri pada punggung bagian bawah
  • fibromyalgia
  • encok
  • osteoarthritis
  • radang sendi
  • tendinitis

Gejala

Apa saja gejala gangguan muskuloskeletal?

Gangguan muskuloskeletal juga menyebabkan peradangan di banyak bagian tubuh yang berbeda. Orang dengan gangguan muskuloskeletal mungkin merasa sakit di seluruh tubuh mereka. Otot-otot mungkin terasa panas atau berkedut seolah-olah mereka seperti ditarik. Gejala akan bervariasi pada setiap orang, tetapi tanda-tanda dan gejala umum termasuk:
  • Nyeri/ngilu
  • Kelelahan
  • Gangguan tidur
  • Peradangan, pembengkakan, kemerahan
  • Penurunan rentang gerak
  • Hilangnya fungsi
  • Kesemutan
  • Mati rasa atau kekakuan
  • Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman menurun
Jika Anda memiliki pertanyaan tentang gejala atau memiliki masalah apapun, hubungi dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Penyebab & Faktor Risiko

Apa penyebab dari gangguan muskuloskeletal?

Karena muskuloskeletal meliputi banyak bagian dari tubuh kita, penyebab nyeri muskuloskeletal bervariasi. Penyebab pasti dari nyeri dapat tergantung pada:
  • Usia: Lanjut usia cenderung mengalami nyeri muskuloskeletal dari sel-sel tubuh yang rusak.
  • Pekerjaan: Beberapa pekerjaan membutuhkan tugas yang berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang buruk, membuat Anda berisiko mengalami gangguan muskuloskeletal.
  • Tingkat aktivitas: Menggunakan otot terlalu berlebihan, maupun terlalu lama tidak aktif seperti duduk sepanjang hari, dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal.
  • Gaya hidup: Atlet lebih sering berisiko untuk gangguan muskuloskeletal.
Jaringan otot bisa rusak akibat kelelahan dengan kegiatan sehari-hari. Cedera atau trauma pada suatu bagian yang disebabkan oleh gerakan tiba-tiba, kecelakaan mobil, jatuh, juga dapat menyebabkan nyeri muskuloskeletal. Penyebab lain nyeri termasuk salahnya posisi tulang belakang dari postur tubuh yang buruk, atau pendeknya otot dari kurangnya aktivitas.

Siapa yang berisiko terkena gangguan muskuloskeletal?

Gangguan muskuloskeletal terjadi ketika Anda terlalu sering menggunakan atau menyalahgunakan sekelompok otot atau tulang untuk waktu yang lama tanpa istirahat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi risiko gangguan muskuloskeletal.
  • Paksaan: Menggunakan kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan seperti mengangkat, mendorong, menarik, atau membawa benda-benda berat.
  • Pengulangan: Melakukan tindakan berulang menggunakan kelompok yang sama dari otot atau sendi.
  • Postur: Membungkuk atau memutar tubuh Anda untuk waktu yang lama.
  • Getaran: Mengoperasikan mesin, peralatan, dan peralatan yang bergetar.
Kegiatan dan olahraga mengharuskan kita untuk mengerahkan kekuatan tertentu. Ketika kekuatan yang diperlukan melebihi jumlah yang disanggupi tubuh Anda, itu akan menyebabkan kerusakan. Kerusakan dapat terjadi dari gerakan tunggal atau gerakan berulang dari waktu ke waktu.
Ketika bagian tubuh Anda digunakan berulang-ulang, dengan sedikit istirahat tanpa memberikan waktu pemulihan untuk tubuh, maka nyeri sering terjadi pada bagian tersebut. Bahkan jika paksaan kekuatan bersifat rendah dan dengan postur yang baik, tindakan berulang seperti mengetik, dapat menyebabkan kelelahan, kerusakan jaringan, dan, akhirnya, rasa sakit dan ketidaknyamanan. Risiko terkena gangguan muskuloskeletal meningkat ketika kecepatan aktivitas meningkat, atau ketika tubuh dalam posisi canggung.
Postur tubuh yang buruk adalah ketika bagian tubuh Anda jauh dari “sikap netral.” Postur netral adalah postur di mana tubuh Anda menerima sedikit tekanan dari kegiatan Anda, yaitu:
  • leher dan punggung yang selaras dan tidak memutar
  • lengan dekat dengan sisi tubuh
  • pergelangan tangan lurus sejalan dengan lengan
  • jari secara alami menekuk
Dengan memaksa sendi Anda berada dalam posisi canggung atau tidak wajar, maka semakin tegang otot, tendon, dan ligamen di sekitar sendi. Sebagai contoh, ketika Anda mengangkat beban, lengan Anda sepenuhnya terentang, siku dan bahu sendi berada pada akhir rentang gerak mereka. Beban yang berat, ditambah tarikan berulang pada posisi ini, dapat menyebabkan risiko cedera lebih tinggi.
Beberapa pekerjaan membutuhkan seseorang untuk menangani kekuatan besar. Misalnya, mengangkat beban dapat menempatkan tekanan pada punggung bawah Anda dan berpotensi merusak baik cakram tulang belakang dan tulang belakang.
Anda juga dapat secara tidak sengaja menempatkan tekanan pada sendi Anda saat bekerja, seperti mengistirahatkan siku atau tangan di atas meja, yang dapat berpotensi menyebabkan kerusakan tendon, otot, pembuluh darah, dan saraf di bawah kulit. Hal ini sering disebut sebagai stres kontak.
Bekerja dengan alat berat yang bergetar dapat juga menyebabkan gangguan muskuloskeletal. Alat seperti pisau cukur, penggiling, atau traktor dan peralatan konstruksi dapat mempengaruhi pembuluh darah dan saraf di tangan-lengan atau seluruh tubuh Anda. Ini dapat berkembang menjadi masalah muskuloskeletal.

Diagnosis

Bagaimana cara mendiagnosis gangguan muskuloskeletal?

Dokter Anda akan melakukan pemeriksaan fisik dan riwayat medis secara menyeluruhuntuk mengetahui penyebab pasti dari rasa sakit Anda. Dokter Anda mungkin menguji otot dan sendi untuk:
  • kelemahan atau degenerasi
  • setiap kedutan yang dapat menunjukkan kerusakan saraf
  • pembengkakan atau kemerahan
Selain itu, tergantung pada gangguan tertentu, dokter mungkin melakukan tes pencitraan untuk mengonfirmasi diagnosis. Mereka mungkin melakukan rontgen untuk melihat tulang, atau tes darah untuk penyakit rematik.

Obat & Pengobatan

Apa saja pengobatan untuk gangguan muskuloskeletal?

Tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan dari rasa sakit, ada berbagai pengobatan untuk gangguan muskuloskeletal.
Untuk nyeri ringan atau sesekali, Anda bisa mendapatkan obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau paracetamol. Obat-obatan seperti obat anti-inflamasi (NSAID) dapat digunakan untuk mengobati peradangan dan nyeri.
Untuk sakit yang lebih parah, Anda mungkin perlu penghilang rasa sakit yang lebih kuat yang akan memerlukan resep dari dokter Anda. Untuk nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan, terapi fisik dapat membantu Anda menghindari kerusakan lebih lanjut dan mengontrol rasa sakit Anda. Terapi manual, atau mobilisasi, dapat digunakan untuk mengobati masalah dengan keselarasan tulang belakang.
Pengobatan lain mungkin termasuk:
  • teknik relaksasi
  • suntikan dengan obat anestesi atau anti-inflamasi
  • penguatan otot dan latihan peregangan
  • perawatan chiropractic
  • terapi pijat

Bagaimana saya bisa mengontrol gangguan muskuloskeletal saya?

Anda dapat mengontrol gangguan muskuloskeletal dengan mengelola faktor risiko Anda dan mencegah cedera. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu:
  • Letakkan benda yang sering digunakan dekat dengan Anda dan mudah diraih untuk menghindari peregangan berlebih pada lengan Anda.
  • Gunakan mesin pembantu sebisa mungkin, seperti menggunakan troli dan bukan menjinjing tas belanja jika memang belanjaan Anda banyak, atau menggunakan alat-alat listrik bukan alat-alat tangan.
  • Menggunakan desain alat yang berbeda yang menurunkan kekuatan dan mudah digenggam.
  • Beristirahat singkat saat melakukan kegiatan yang berulang, atau dalam jangka panjang.
  • Jika Anda perlu duduk untuk waktu yang lama, gunakan kursi yang empuk.
  • Mengatur meja kerja Anda secara efektif, seperti menempatkan pulpen dan telepon di sebelah kiri atau kanan tergantung pada posisi tangan.
  • Pertimbangkan menggunakan head set untuk ponsel jika Anda sering membuat panggilan telepon.
  • Batasi mengangkat beban yang berat.
Hello Health Group tidak menyediakan saran, diagnosis, maupun pengobatan.

Sumber : https://hellosehat.com/penyakit/gangguan-tulang-otot-muskuloskeletal/

Nama : Irma Apriliyanti
NIM    : P27226017021
Kelas  : DIII A FISIOTERAPI

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015                                                ...